Minggu, 08 Januari 2012

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ERSPEKTIFE HADIST


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latarbelakangmasalah.

Kemajuandanperkembanganpendidikansejalandenganilmupengetahuandanteknologi, sehinggaperubahanakhlakpadaanaksangatdipengaruhiolehpendidikan formal informal dan non-formal.Penerapanpendidikanakhlakpadaanaksebaiknyadilakukansedinimungkin agar kualitasanak yang berakhlakmuliasebagaibekalkhususbagidirinya, umumnyabagikeluarga, masyarakat, bangsadan agama.
Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlaq karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara totalitas.
Sehubungan dengan pendidikan akhlak ini, Rasulullah SAW. telah mengemukakan banyak hadis, di antaranya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - قَالَ لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا وَكَانَ يَقُولُ « إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا
Abdullah bin Amr RA, berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang keji dan bukan pula bersikap keji. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya’.”
Hadis ini memuat informasi bahwa Rasulullah SAW. memiliki sifat yang baik dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang berakhlak mulia. Itu berarti bahwa akhlak mulia adalah suatu hal yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia, ia harus diajarkan dan dididikkan kepada setiap anak muslim.
B.     Rumusanmasalah.
1.      Apapengertiandaripendidikanakhlak ?
2.      Apasajabentuk-bentukpendidikanakhlakdalamislam?



PENDIDIKAN AKHLAK

A.    PendidikanAkhlakdalamPerspektifHadis

Kata akhlak (akhlaq) adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[1]Abdul Hamid Yunus berpendapat bahwa akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik.[2]Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[3] (Al-Ghazali, t.th.: 56).
Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlaq karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara totalitas.
Sehubungan dengan pendidikan akhlak ini, Rasulullah SAW. telah mengemukakan banyak hadis, di antaranya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - قَالَ لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا وَكَانَ يَقُولُ « إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا[4]
Abdullah bin Amr RA, berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang keji dan bukan pula bersikap keji. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya’.”
Hadis ini memuat informasi bahwa Rasulullah SAW. memiliki sifat yang baik dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang berakhlak mulia. Itu berarti bahwa akhlak mulia adalah suatu hal yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia, ia harus diajarkan dan dididikkan kepada setiap anak muslim.
Agar para sahabat dan umatnya memiliki akhlak yang mulia, beliau memberikan motivasi yang sangat menarik. Di antaranya seperti yang disebutkan dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ  رواه الترمذى[5]
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.ditanya tentang faktor yang paling banyak memasukkan (orang) ke dalam sorga. Beliau menjawab: bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Beliau ditanya pula tentang faktor yang paling banyak membawa orang ke neraka. Beliau menjawab: Mulut dan kemaluan.
Dalam kedua hadis di atas terlihat bahwa Rasulullah saw. sangat menginginkan umatnya berakhlak mulia. Untuk mencapai keinginan tersebut, beliau menggunakan motivasi, targhîb dan tarhîb. Untuk bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia itu diperlukan perjuangan yang berat karena manusia menemui banyak rintangan dalam kehidupannya. Oleh sebab itu diperlukan motivasi yang tinggi. Karenanya Rasulullah SAW. menggunakan motivasi, targhîb dan tarhîb.
Allah mengutus Rasulullah SAW untuk menyempurnakan akhlak manusia. Pendidikan akhlak mengutamakan nilai-niilai universal dan fitrah yang dapat diterima oleh semua pihak. Beberapa akhlak yang dicontohkan Nabi SAW di antaranya adalah menyenangi kelembutan, kasih sayang, tidak kikir dan keluh kesah, tidak hasud, menahan diri dan marah, mengendalikan emosi dan mencintai saudaranya. Akhlak yang demikian perlu diajarkan dan dicontohkan orang tua kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. [6]Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlakul karimah pada anak-anaknya yang dapat membahagiakan di alam kehidupan dunia dan akhirat.9 Pendidikan akhlakul karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam keluarga.[7]
Al-Gazaly, Ibnu Sina dan John Dewey sama pandangannya bahwa pembiasaan, berbuat (praktek), menekuni perbuatan, mempunyai pengaruh besar bagi pembentukan kebaikan akhlak.  Dalam pemikiran mereka itu, terdapat teori “perkembangan moralitas” (akhlak).[8]Dengan demikian,  adalah pasti jika dikatakan bahwa akhlak baik tidak dapat terbentuk kecuali dengan membiasakan seseorang berbuat sesuatu pekerjaan yang sesuai dengan sifat akhlak itu. Jika seseorang mengulang-ulangi berbuat sesuatu tertentu maka berkesanlah pengaruhnya terhadap perilakunya dan menjadi kebiasaan moral dan wataknya.

B.     Bentuk-bentukpendidikanAkhlak.

a.      AkhlakTerhadap Allah
Akhlakterhadap Allah adalahsegalaperilakudanamalan yang dilakukanolehseorang yang ditujukankepadaTuhannya.Akhlakiniadalah yang paling agungdandiwajibkanbagiumatmanusia.
Berikutiniadabebrapaaspekpenting yang dapatdijadikansebagaitolakkomunikasiantaraanakdanTuhannya:
1.      Penyadarnfitrah




“ setiapbayidilahirkanatasfitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannyayahudidannasrani, ataumajusi,; sepertibinatang yang melahirkanbinatang yang lainnya, apakahkamumelihatbinatang yang lahirterpotongtelinganya di antarabinatang-binatang yang dilahirkanitu?” ( HRBukhari).
Padadasarnyakeimanankepada Allah, pengakuanketuhanandankeberadaan-Nya, adalahmasalah yang secaranaluriadapadadirianak.halinimengisyaratkanbahwadalammendidikanakkeimanankepada Allah, orantuatidakperlukesulitanmencariargumentasi. Ibnu al-Zaujiberpendapatbahwa“ padadirianaktelahtertanamkeyakinanbahwasegalasesuatu yang adapastiada yang membuatnya. Keyakinaninisecaraotomatisdiakuidanadapadadirianak.
Setiapadakesempatan, orang tuadiharapkanmenemanianaknya, dalamMusnad AhmadJuz 1, diterangkanbahwaRasulullah saw, pernahmenemaniIbnu Abbas diataskendaraannyasambilmengajarinyatentangakhlakkepada Allah, pemantauan Allah terhadaphamba-Nyadansikaptawakalkepada Allah. Merujukdariteladan yang telahdiajarkanolehRasullah saw. Orangtuadapatmenerapkannyadalammendidikanaknya.
2.      Berimankepada Allah adalahmeyakinikeberadaan Allah besertasifat-sifat yang dimilikinya. Maksudnyakitaharusyakinbahwa Allah ituadasertaDiamemlikisifat-sifat yang mulia ( AsmaulKhusna), berimankepada Allah merupakandasarutamakeimanan, darisinilahmelahirkanketaatanterhadap yang lainnya.
3.      Berdo’akepada Allah.


Artinya:
‘Tuhanmuberfirman: BerdoalahkepadaKupastiAkuperkenankan. Sesungguhnya orang-orang yang merasasombongtidakmauuntukberdoamemujaAku, kelakmerekaakanmasuknerakaJahanamsecarahinadina.” ( Al-mu’min: 60).
Berdo’aartinyamengajukanpermohonankepada Allah.Berdo’amerupakanbuktipengakuankitaterhadapkekuasaan Allah, karenadengankekuasaandanbantuan-Nyalahsemuapermintaandankebutuhankitabisaterpenuhi.[9]
b.      AkhlakTerhadapRasulluAllah.

a.       MencintaiRasulluAllah
KecintaanhambakepadaNabi.saw, jugamerupakankecintaannyakepada Allah karenaDiamenyuruhnya. Imam IbnulQayyinra-himahullahberkatabahwa Allah menyerakankecintaanitudapatsampaikepadamanusiakarenakecintaandanpengagungan Allah itusepertikecintaandanpengagunganRasul-Nya
KeimananseorangmuslimtidakakansempurnasebelumiamencintaiNabi saw.



“ tidaklahsempurnakeimanansalahseorangdiantarakamusebelumakumenjadi orang yang paling dicintainyadaripadaanak, orang tua, dansemuamanusia.”(HR Muslim).
b.      TaatkepadaRasulluAllah saw.
KecintaandankesopanankepadaRasulluAllahakanmembuahkanketaatan, kepatuhandanketundukanterhadapperintahdansunnahRasul.
Rasulullahbersabda :






“ seluruhumatkuakanmasuk surge kecuali orang yang menolak. Para sahabatbertanya, siapa orang yang menolakitu? Beliaumenjawab: Barangsiapa yang mendurhakaiku, makasesungguhnyaiamenolak.”( HR Hakim).
c.       AkhlakKepadaDiriSendiri.
Manusiamemilikidua unsure utamayaknijasmanidanrohani; kewajibannyapunharusmemnuhisemuakebutuhanduaunsurini.Jasmaniadalahtubuhataujasad yang terllihatini; dariujungrambutsampaiujung kaki, sedangkanrohaniadlah unsure yang tidakterlihat; sepertiakal, hatinuranidannafsu.
Akhlakkepadadirisendirimaksudnyaadalahperilaku yang baikterhadapdirisendiri yang diharpakanselarasdenganmasyarakat.kebaikanseseorangdenganperilaku yang islamimerupakancerminkeistiqomahandirinyadankebaikanmasyarakatnya.
                                                                                                                      

d.      Akhlakterhadaptetanggadenganbaikdanmenghormatitamu.
Orang tuamuslimharusmenunjukankepadaanak-anakbagaimanabersikapramahterhadaptetangga, mengajarmereka agar tidakpernahmengganggusiapapun, danmenganjurkanmerekamemuliakantamudanbermurahkepadamereka.  Nabibersabda:
“ jibrilsellaumenasehatikutentangmemperlakukantetanggadenganbaik, sedemikianrupasehinggaakuberpikiriahendakmenjadikanmerekaahliwarisku.”  (HR. Bukhari).[10]

e.       Akhlakterhadapsesamamuslim.
1.      Menghormatidanmemenuhihak-hak.
Dalamhadist yang diriwayatkanolehBukharidanmuslimdisebutkanbahwaRasullahbersabda , “ hak orang muslimterhadapmuslimlainnyaada lima , yaitu :
a.       Menjawabsalam.
b.      Menjengukkitasakit.
c.       Mengantarjenazah.
d.      Memenuhiundangan.
e.       Mendo’akanketikabersin.
2.      Bersikaplemahlembutdansopan
3.      Salingmenolongdalamkebaikandan taqwa.dll

f.    Akhlakterhadapsesamamanusia.
1. menghormatidanmemenuhihak-haknya. ( hakhidup, beragama, mendapatpendidikan, bekerja, danberpendapat).
2. bersikaplemahlembutdansopan.
3. salingmenolongdalamkebaikan.
4. Mengajakkebaikandanmencegahkeburukan.





BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan.
Kata akhlak (akhlaq) adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.  Abdul Hamid Yunus berpendapat bahwa akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik.  Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.  (Al-Ghazali, t.th.: 56).
Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlaq karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara totalitas.
Sehubungan dengan pendidikan akhlak ini, Rasulullah SAW. telah mengemukakan banyak hadis, di antaranya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - قَالَ لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا وَكَانَ يَقُولُ « إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا 
Abdullah bin Amr RA, berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang keji dan bukan pula bersikap keji. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya’.”
Hadis ini memuat informasi bahwa Rasulullah SAW. memiliki sifat yang baik dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang berakhlak mulia. Itu berarti bahwa akhlak mulia adalah suatu hal yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia, ia harus diajarkan dan dididikkan kepada setiap anak muslim.





















DAFTAR PUSTAKA

Louis Ma’luf, Qâmûs al Munjid, (Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah, [t.th.]).
Abd al-Hamid Yunus,, Dairat al-Ma’arif, (al-Qahirah: al-Sya’b, [t.th.]), juz 2.
Khalil Al-Musawi, BagaimanaMembangunKepribadianAnda. (Jakarta: Lentera, 1999).
Ali Al-Jumbulati, PerbandinganPendidikan Islam, JudulAsli, "DirâsahMuqâranah fi al-Tarbiyyah al-Islâmiyyah, Terjemahan M. Arifin, (Jakarta: PT RinekaCipta, 1994).
Faramaz bin Muhammad rahbar, 1992, selamatkanputra-putrimudarilingkungantidakislami, Yogyakarta: mitrapustaka.


[1]Louis Ma’luf, Qâmûs al Munjid, (Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah, [t.th.]), h. 194
[2]Abd al-Hamid Yunus,, Dairat al-Ma’arif, (al-Qahirah: al-Sya’b, [t.th.]), juz 2, h. 436
[3]Al-Ghazali, Op.cit., h. 56

[4]Al-Bukhari, Op.cit., Juz 2, h. 1398

[5]Al-Tirmiziy, Op.cit.,Juz 3, h.  245
[6]IrwanPrayitno, AnakkuPenyejukHatiku, (Bekasi: Tarbiyatuna, 2004), cet.ke-2, h. 493  

[7]Khalil Al-Musawi, BagaimanaMembangunKepribadianAnda. (Jakarta: Lentera, 1999), h. 21.

[8]Ali Al-Jumbulati, PerbandinganPendidikan Islam, JudulAsli, "DirâsahMuqâranah fi al-Tarbiyyah al-Islâmiyyah, Terjemahan M. Arifin, (Jakarta: PT RinekaCipta, 1994), cet. ke-1, h. 158
[9]Drs. Herijauharimuchtar, 2008, Fikihpendidikan, Bandung: PT Remajarosdakarya offside. Hal 26-27.
[10]Faramaz bin Muhammad rahbar, 1992, selamatkanputra-putrimudarilingkungantidakislami, Yogyakarta: mitrapustaka cet. II Hal 94-96.

1 komentar: